Halaman

Teman teman..

silahkan di baca, diulek dan di bumbui...



Minggu, 27 November 2011

Bersandar di Dinding Putih Pakai Kemeja Hitam

(tergantung cat nya sih….)

Bukan tidak mungkin banyak diantara kita yang bersandar pada sesuatu seperti sesuatu itu merupakan segalanya, bukan sekedar sesuatu lagi. (kalau kalimat ini susah di mengerti, boleh baca kalimat berikut ini).
Jika kita menganggap sesuatu lebih penting dari segalanya, maka segalanya menjadi sangat kecil artinya (masih belum jelas juga ?... baca kalimat berikut).
Hal yang nampak lebih penting dari hal yang tidak kelihatan ??? ndak lah….
Begini,
Waktu kita membangun rumah, seringkali kita sangat mengahbiskan waktu untuk pemilihan cat, interior, fisnishing bahkan pernik pernik lain. Kita beranggapan semuanya itu dapat membuat kita nyaman untuk tinggal di rumah tersebut.
Kasus kedua, sering kali kita menganggap pekerjaan kita yang terutama, sehing 90% waktu kita tercurah untuk menghasilkan performa yang baik dan menyenangkan hati hirarki.
Atau, sering kali kita ingin melayani di gereja, latihan, latihan dan latihan agar pada saat performance seluruh orang yang mendengarnya akan berdecak kagum.
Sehingga sering kita tidak menyadari, kalau rumah yang nyaman akan tercipta karena ada kasih didalamnya regardless warna cat, dan bahan ubin nya. Atau pekerjaan menjadi tuhan, sehingga kita lupa siapa Tuhan sesungguhnya yang memberi perkerjaan. Atau kita lebih senang untuk menyenangkan telinga manusia saat kita bernyanyi dari pada menyenangkan hati Tuhan. Kita takut menjadi celaan manusia, dan lebih baik melanggar (sedikit) suara hati Tuhan ?
Saya teringat akan cerita Tuhan Yesus pada saat memberi makan 5000 orang dengan 5 roti dan 2 potong ikan. Setelah peristiwa besar itu terjadi, dia menyuruh para muridnya untuk pergi dan menyeberang terlebih dahulu (pada saat itu saya yakin ndak ada kolekte, kalau tidak pasti Tuhan Yesus suruh murid murid nya untuk mangetong durung-durung… daga).
Tetapi Yesus pergi sendiri untuk naik ke gunung dan Dia sendirian di sana berdoa kepada Bapanya. Di tengah kelelahannya bekerja (berkotbah) dia memberikan waktu yang terbaik untuk bersekutu dengan BapaNya, sebab Dia tahu Dia harus bersandar kepada “SESUATU” yang tidak luntur.
Bahkan diceritakan kemudian, setelahnya Yesus berjalan diatas air, jelas ini karna Dia baru saja bersekutu dengan Bapa (walaupun saya yakin, Yesus bisa berjalan kapan saja diatas Danau Toba….)
Saya sering bersandar pada dinding yang cat putih dengan kemeja hitam… saya sering salah menganggap yang terutama dalam suatu perkara. Bahkan sering esensi dari sesuatu menjadi hilang karena sesuatu yang lain. Bukan kah yang terutama dalam hidup ini meninggikan nama Yesus ? Bukankah yang terutama dihidup ini menyenangkan hati Bapa ?
Saya jadi teringat Jembatan di Kutai Kerta Negara yang baru saja runtuh, hanya dengan umur 11 tahun yang seharusnya bisa bertahan 40 – 100 tahun, korban tewas belum tahu pasti jumlahnya, tapi pasti sudah banyak yang bersedih. Saya juga ikut sedih, ternyata pemberitaan lebih banyak ke arah, kenapa runtuh, apakah jembatan dibangun tidak sesuai spec, apakah maintenance nya tidak dikerjaakan dll. Bahkan posting di grup bb dan lainnya juga banyak yang mengecam. Bukankah (kalau menurut saya) terlebih dahulu “mangapuli” /menghibur para korban ?
Tapi seperti kata pemazmur
Ya TUHAN, janganlah menghukum aku dalam murka-Mu, dan janganlah menghajar aku dalam kepanasan amarah-Mu. Kasihanilah aku, TUHAN, sebab aku merana; sembuhkanlah aku, TUHAN, sebab tulang-tulangku gemetar, dan jiwakupun sangat terkejut; tetapi Engkau, TUHAN, berapa lama lagi? Kembalilah pula, TUHAN, luputkanlah jiwaku, selamatkanlah aku oleh karena kasih setia-Mu. Sebab di dalam maut tidaklah orang ingat kepada-Mu; siapakah yang akan bersyukur kepada-Mu di dalam dunia orang mati?
Lebih baik bersandar pada Tuhan, daripada tembok yang cat nya luntur.
Lebih baik mengandalkan Tuhan dari pada manusia

Selamat awal minggu
God Bless
Js – Balikpapan 28/11/11

Tidak ada komentar:

Posting Komentar