Halaman

Teman teman..

silahkan di baca, diulek dan di bumbui...



Kamis, 06 Oktober 2011

Atas Nama Ayam.



Ayam adalah sejenis unggas yang berkaki 2, kalau kakinya di rebus agak lama setelah kulit luarnya dibuang, maka akan menjadi santapan yang enak. Kadang menjadi dim-sum, kadang menjadi ceker goreng. Hampir seluruh bagian dari tubuh ayam dapat dimakan, kecuali bulu dan kuku nya,… eh paruhnya juga tahe..



Waktu kecil saya suka paha ayam, sekarang paling suka habong (sayap) dan cekernya…



Beberapa waktu lalu saya memikirkan betapa baiknya ayam-ayam ini berkorban untuk saya, kalau dihitung dari mulai kecil, mungkin sudah lebih 1000 ayam yang mendukung pertumbuhan, vitalitas dan stamina saya dengan mengorbankan dirinya sendiri…. Belum menghitung anak anak nya (baca telor) yang utuh yang sudah kita makan sampai sekarang….



Tetapi ternyata pengorbanan yang ayam berikan tidak terlalu berkesan pada manusia, mungkin karena kesombongan manusia yang telah di beri mandat oleh Tuhan untuk menjadi penguasa di bumi, laut dan udara. Dan menjadi ciptaan masterpiece..



Bukan hanya tidak menghargai, tetapi manusia sering juga menjadikan ayam menjadi objek dari ejekan :
· Kalau penakut dibilang lah kayak “ayam », chicken…
· Kalau sedikit binal, dibilanglah ayam kampus… banyak assosiasi yang lain
· Kalau sedikit kurang pintar, dibilanglah kayak manuk sioto…
· Silahkan tambahkan sendiri….



Mungkin di kalangan per-ayam-an, mereka sudah sakit hati dan akar pahit kepada manusia, mungkin mereka lagi merencanakan pemboman berantai untuk menghancurkan peradapan manusia, mungkin mereka merencanakan minum (mematuk) racun, agar manusia yang memakan mereka juga kena racun, mungkin banyak hal-hal negatif yang yang mereka rencanakan… saya curiga flu burung yang beberapa saat lalu di khawatirkan oleh dunia, merupakan konspirasi ayam dan unggas lain… (mudah mudahan saya tidak dituntuk mahkamah ayam atas tulisan ini… daga..)



Untuk itu saya menulis atas nama ayam,
Jangan mendeskreditkan ayam dan mengasosiasikan mereka dengan hal yang negatif, sebab sejujurnya pengorbanan mereka sangat signifikan.



Lalu apa tidakan kita ¿



Sesungguhnya perkataan dan pemikiran negatif yang kita sampaikan kepada ayam (atau sesama) dapat menimbulkan sakit hati dan kepahitan bagi orang tersebut. Perkataan kita bisa memberi kehidupan atau kematian. Meredupkan potensi bahkan membunuhnya, sehingga timbul niat untuk berbuat yang tidak baik, seperti yang saya imaginasikan di dunia per-ayam-an.
Setiap ucapan dan pemikiran (termasuk yang negative) harus dipertanggung jawabkan di hadapan Tuhan, mari baca
Matius 5 : 37
Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.



Amsal 18 : 21
Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya



Kita dikehendaki Tuhan untuk konsisten dalam berkata-kata, konsisten terhadap konsekwensi dosa dan kebenaran. Sehingga tidak ada istilah manis di bibir untuk menyenangkan telinga orang, sebab telinga Tuhanlah yang harus disenangkan. Tentu Tuhan memberi hikmat bagaimana caranya agar tidak menjadi sandungan.
Seringkali juga saya tidak bisa mengekang perkataan, lalu bagaimana caranya ¿



Mari baca Mazmur 141 : 3
Awasilah mulutku, ya TUHAN, berjagalah pada pintu bibirku.



Tiada cara lain selain menyerahkan pada TUHAN. Sangking dasyatnya konsekwensi dari perkataan, maka Tuhan pun mau turut campur untuk mengekangnya…

Untuk ayam saya berpesan untuk tetap sabar dan tekun dalam intimidasi dan penzoliman, sebab dirumah kami, kalian menjadi idola karna diperebutkan 2 anak kami pada saat makan.
Untuk kita, mari stop untuk menegatifkan ayam (atau sesama) sebab dampaknya buruk bagi keduabelah pihak, sebagai renungan mari hargai jasa jasa ayam dengan menjawab pertanyaan berikut :
1. Sudah berapa ayam yang kita santap selama kita hidup
2. Sudah berapa butir telur yang kita santap selama kita hidup
3. Apakah ayam pernah membuat kita sakit hati ¿



Terimakasih
Tuhan Memberkati
Js (Balikpapan – 05 October 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar