Halaman

Teman teman..

silahkan di baca, diulek dan di bumbui...



Kamis, 11 November 2010

Tinggal Borsang...

borsang = (bahasa batak) berarti ampas (kopi), sisa sisa, tidak berguna..

”Ndang marna tudia”, ”marnalemba”, ”merket”, ”bulan kede” adalah sontoh ungkapan dalam bahasa batak yang sering saya dengar untuk menyatakan keengganan seseorang untuk melakukan sesuatu dengan alasan yang tidak jelas. Terminologi ini hampir sama dengan ungkapan ”belanda masih jauh” di bahasa Indonesia.

Pola seperti ini sudah dipraktekkan banyak orang sejak dulu hingga sekarang, saya pernah iseng mengadakan observasi berapa lama orang asia menyeberang jalan di zebra-cross dibandingkan dengan orang eropa. Dengan lebar jalan 8 m, orang Asia lebih lambat 1 – 2 detik dibandingkan dengan orang eropa. Mungkin karna faktor fisik, tapi bisa juga karna kebiasaan yang ”lambat asal selamat”.

Bahkan ada cerita yang merupakan kejadian nyata, seorang suami diminta istrinya untuk memperbaiki genteng yang bocor. Tetapi suaminya hanya bilang ”ya.. nanti” dan hal ini berulang ulang sampai beberapa minggu. Suatu ketika istrinya sudah tidak sabar lagi dan dia naik ke atap untuk memperbaiki genteng yang bocor tersebut. Tapi pada saat itu istrinya tergelincir dan jatuh, sehingga terbentur dan lumpuh. Penyesalan suami sudah terlambat, dampak besar dari hal menunda yang kecil....

Beberapa alasan kita untuk menunda bisa dibagi menjadi beberapa kategori, tetapi yang paling menonjol menurut saya adalah.

1. Tidak menganggap penting
Bukan merupakan hal yan penting membuat kita tidak mencurahkan perhatian sedikitpun akan resiko di baliknya.


2. Bukan prioritas
Kita menyadari hal ini penting, tetapi saat ini bukanlah merupakan yang terpenting sehing dampaknya lebih kecil di banding hal lain.


3. Takut menghadapi
Kadang kita tidak melakukan sesuatu karna kita merasa gentar untuk terlibat dan terjun di dalamnya, hal ini membuat kita enggan untuk bersinggungan dengan hal tersebut, apalagi menghadapinya.
Lalu apakah kebiasaaan menunda adalah hal yang baik ? Boleh menjawab dengan alasan yang berbeda dan pasti ada yang bilang itu ”kontekstual”.

Tapi mari lihat bagaimana sikap Allah dan bagaimana responnya terhadapa penundaan.

Ulangan 23:21
Apabila engkau bernazar kepada TUHAN, Allahmu, janganlah engkau menunda-nunda memenuhinya, sebab tentulah TUHAN, Allahmu, akan menuntutnya dari padamu, sehingga hal itu menjadi dosa bagimu.

Pengkhotbah 5:4
Kalau engkau bernazar kepada Allah, janganlah menunda-nunda menepatinya, karena Ia tidak senang kepada orang-orang bodoh. Tepatilah nazarmu.

Dalam hal bernazar maka, orang yang menunda nunda di kategorikan menjadi 2 (orang yang menunda nunda dan memiliki kedua-duanya) :



1. Akan berdosa.
Membaca ini saya sangat kaget, ternyata menunda (nazar) akan dicap sebai dosa. Padahal mungkin sangat sepele bagi kita. Pada saat kita menunda cicilan, menunda memberi selamat, menunda menguatkan teman yang sedang berduka bahkan menunda mengankat jemuran.... hehehehehe.

2. Akan disebut orang bodoh
Ini lebih mencengangkan lagi, orang yang menunda akan disebut orang bodoh dana Allah tidak senang dengan orang bodoh. Saat kita menunda untuk memaafkan orang, berrekonsiliasi dengan orang yang berselisih, bahkan kita menunda untuk membahagiakan orang lain, orang tua, istri/suami... akan disebut orang bodoh.

Apakah Allah suka menunda nunda... oh.. tentu tidak saudara saudara... baça di Yehezkiel 12 : 1 -28, (ayat 25 dan 28), dikatakan Tuhan tidak akan menunda FirmanNya dan bahkan hukumannya.

Hal menunda juga sering kita lakukan dalam hal melayani Tuhan, di saat fisik dan pikiran kita masih kuat, kita lupa atau membuat pelayanan di gereja menjadi hal yang nomor 2. Sering banyak orang berpikir, nanti setelah pensiun maka akan memiliki banyak waktu untuk melayani Tuhan. Sehingga secara tidak sadar pelayanan yang kita berikan merupakan “borsang” (ampas) dari yang terbaik yang kita miliki. Tenaga yang prima dan pikiran yang smart kita gunakan untuk hal yang lain, sedangkan tanggung jawab kerohanian kita serahkan kepada gembala dan full timer lainnya.

Bukankah persembahan yang kudus adalah hati kita yang taat dan mau di bentuk oleh Firman Tuhan, jadi jangan tunggu sampai borsang dulu baru ikut di pelayanan. Berikan yang terbaik dari yang kita miliki untuk Dia, bukan borsang yang sudah tak bermutu baik lagi...


Js
(dulu waktu kuliah, borsang kopi di seduh dan ditambah gula untuk bikin gelas kopi berikutnya).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar