Integritas bukan sekedar yang kelihatan dimata manusia, jadi beyond dari batas yang bisa ditangkap oleh indra penglihatan dengan bantuan cahaya, atau yang dapat di dengar karena bantuan media perambat.
Belajar untuk berintegritas, berbuat segalanya dengan baik, berbuat dan bekerja dengan tujuan yang mulia adalah definisi yang sering kita pahami di dalam dunia sekuler. Seringkali integritas dikaitkan dengan pekerjaan dan komitmen. Tapi apakah integritas diperlukan dalam berteman.
Kadang tujuan kita untuk menyenangkan teman menjadikan pertemanan itu sendiri terkoyak, pada level tertentu teman hanya sekedar tempat untuk barter DVD atau tukar tukaran bawang dapur. Pada level yang lain teman tempat untuk bercanda dan menghilangkan kejenuhan dari rutinitas. Ironi sekali sebab dalam level ini teman menjadi “teman” kalau kita membutuhkan sesuatu.
Saya lebih senang dengan level teman yang jarang berhubungan, jarang bertemu tetapi selalu di hati. Membawa senantiasa dalam doa, bahkan ketika terjadi gesekan ataupun masalah. Sebab seorang teman dalam level sahabat, tahu apa yang menjadi kebutuhan sahabatnya tanpa harus menumpahkan isi hatinya di ember chatting, mail, telp ataupun blog pribadi.
Prinsip berteman yang sekarang saya gumuli adalah bersahabat seperti kita bersahabat dengan Tuhan,
Kolose 3 : 23 Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.
Apapun yang kita perbuat dengan Teman/Sahabat entah itu berbagi, ngobrol, futsal bahkan bercanda, perbuatlah itu seperti ngobrol dengan Tuhan, main futsal dengan Tuhan bahkan bercanda dengan Tuhan.
Tidak ada batas waktu, tidak ada batasan yang lain seperti level toleransi dan level privasi. Ada kalanya kita mengalami benturan dengan teman/sahabat/Tuhan, tapi persahabatan melampaui apa yang menjadi sumber perselisihan.
Pada saat kita di sakiti, katakan :
“Apapun yang kamu lakukan, aku tidak akan menurunkan derajat persahabatan kita”
atau
“Saat ini aku sakit hati, tapi kutau ini adalah suatu tangga untuk menaikkan level persahabatan kita”
Terimakasih sudah menjadi sahabat buat kami sekeluarga…
js
Belajar untuk berintegritas, berbuat segalanya dengan baik, berbuat dan bekerja dengan tujuan yang mulia adalah definisi yang sering kita pahami di dalam dunia sekuler. Seringkali integritas dikaitkan dengan pekerjaan dan komitmen. Tapi apakah integritas diperlukan dalam berteman.
Kadang tujuan kita untuk menyenangkan teman menjadikan pertemanan itu sendiri terkoyak, pada level tertentu teman hanya sekedar tempat untuk barter DVD atau tukar tukaran bawang dapur. Pada level yang lain teman tempat untuk bercanda dan menghilangkan kejenuhan dari rutinitas. Ironi sekali sebab dalam level ini teman menjadi “teman” kalau kita membutuhkan sesuatu.
Saya lebih senang dengan level teman yang jarang berhubungan, jarang bertemu tetapi selalu di hati. Membawa senantiasa dalam doa, bahkan ketika terjadi gesekan ataupun masalah. Sebab seorang teman dalam level sahabat, tahu apa yang menjadi kebutuhan sahabatnya tanpa harus menumpahkan isi hatinya di ember chatting, mail, telp ataupun blog pribadi.
Prinsip berteman yang sekarang saya gumuli adalah bersahabat seperti kita bersahabat dengan Tuhan,
Kolose 3 : 23 Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.
Apapun yang kita perbuat dengan Teman/Sahabat entah itu berbagi, ngobrol, futsal bahkan bercanda, perbuatlah itu seperti ngobrol dengan Tuhan, main futsal dengan Tuhan bahkan bercanda dengan Tuhan.
Tidak ada batas waktu, tidak ada batasan yang lain seperti level toleransi dan level privasi. Ada kalanya kita mengalami benturan dengan teman/sahabat/Tuhan, tapi persahabatan melampaui apa yang menjadi sumber perselisihan.
Pada saat kita di sakiti, katakan :
“Apapun yang kamu lakukan, aku tidak akan menurunkan derajat persahabatan kita”
atau
“Saat ini aku sakit hati, tapi kutau ini adalah suatu tangga untuk menaikkan level persahabatan kita”
Terimakasih sudah menjadi sahabat buat kami sekeluarga…
js
Tidak ada komentar:
Posting Komentar