Banyak orang yang tidak suka dengan kata “mangubit-ubit” sebab sesunggunya dalam bahasa Indonesia bisa diartikan menjadi “komat-kamit”. Kalau di defenisikan maka mangubit-ubit adalah menggerakkan otot bibir atas dan bawah untuk melafalkan sesuatu yang kurang jelas didengar orang lain tapi si pelaku “ubit-ubit” akan berhasil mengekspresikan perasaannya sendiri. Mudah mudahan definisi saya ini tidak menyinggung ahli bahasa di Negara ini.. (hahahaha).
Datu atau dukun sering juga menggunakan modus ini dalam menjalankan prakteknya ‘mamulung ubat’ atau membaca mantra.
Di kampungku di Sidikalang, kata “mangubit-ubit” biasanya di asosiasikan dengan 2 kata lain yaitu “ihur ni manuk”, akan menjadi “mangubit-ubit songon ihurni manuk” (santabi bolon ma di hita sude…), atau komat kamit seperti pantat ayam…. (maaf dengan penggunaan kata ini…).
Ubit-ubit juga dipakai dalam seni musik, terbukti ada lagu yang dinyanyikan tahun 80-an oleh Koes Plus yaitu
“ubit-ubitan,,, oh..Senggol-sengolan….. “ (daga…)
Tapi bukan itu tujuan dari tulisan ini,
Banyak pria (baca suami) yang saya lihat sangat menjaga area komat-kamit dalam kehidupannya, bersikap cool dan sedikit bicara diambil menjadi mazhap komunikasinya, yang bertujuan untuk meningkatkan level wibawa ditengah komunitas dan keluarga. Sanking mengakarnya style ini, sehingga kosa kata yang didikeluarkan dalam satu hari kurang dari 8000. Sebagai perbandingan, rata-rata pria akan memperkatakan ~10000 per hari, wanita 15000 kata per hari dan ibu mertua 17000 kata per hari (hahahahhahaha).
Lagi-lagi bukan ini tujuan dari tulisan ini,
Yang penting dalam hal berkomunikasi adalah, pesan yang kita sampaikan 100% dimengerti oleh partner kita berbicara, bahkan dalam definisi yang lain, komunikasi yang berhasil adalah seluruh perkataan yang kita ucapkan dimengerti lawan bicara dan meresponinya. Saya tertarik dengan kata respon.
Contoh. Seseorang yang berdoa pribadi, kemungkinan besar akan komat-kamit bukan ? (alias mangubit-ubit). Ternyata komat-kamit adalah salah satu tool yang sangat efektif untuk kita gunakan untuk berhubungan dengan Tuhan, bahkan dengan mangubit-ubit kita pasti akan direspon oleh Tuhan. Kata respon bisa berarti « ya », « tunggu » atau « bukan itu yang terbaik bagimu ». Sebab kita tahu Tuhan pasti menjawab doa, walaupun dengan mangubit-ubit.
Matius 7 : 7
Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.
Yak 5:13
Kalau ada seorang di antara kamu yang menderita, baiklah ia berdoa! Kalau ada seorang yang bergembira baiklah ia menyanyi!
Yak 5:16
Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.
Dengan demikian, lebih baik menurut saya kita mengubit-ubit untuk berbincang dengan Tuhan dari pada kita bersikap sedikit bicara dan cool terhadap Dia.
Dibeberapa keluarga yang saya kenal, para suami sangat jarang untuk memimpin doa keluarga, bahkan kaum ibu mengambil alih fungsi imam yang seharusnya di tangan kaum pria. Pria dengan segala ke-cool-an nya tidak berusaha untuk meningkatkan ubit-ubitnya untuk tujuan yang baik demi menjaga gengsi wibawa. Seharusnya lebih baik mangubit-ubit (komat-kamit) untuk Tuhan dari pada berdiam diri dan tidak berdoa. Sebab doa orang benar bila dengan sungguh sungguh di doakan besar kuasanya.
Untuk itu, saya berpendapat, mari kita lebih banyak mangubit-ubit di kala senang, susah, kenyang dan lapar, untuk berkomunikasi dengan Tuhan. Bukan untuk membicarakan kejelekan orang lain, fitnah, dan gossip.
Suatu saat saya rindu untuk kata mangubit-ubit tidak berasosiasi dengan ayam (manuk) lagi, tapi setiap kita mengingat/mendengar kata mangubit-ubit, kita akan teringat akan doa..
Sudah berdoa hari ini ¿
Js
Balikpapan 21 Oct 2011
Datu atau dukun sering juga menggunakan modus ini dalam menjalankan prakteknya ‘mamulung ubat’ atau membaca mantra.
Di kampungku di Sidikalang, kata “mangubit-ubit” biasanya di asosiasikan dengan 2 kata lain yaitu “ihur ni manuk”, akan menjadi “mangubit-ubit songon ihurni manuk” (santabi bolon ma di hita sude…), atau komat kamit seperti pantat ayam…. (maaf dengan penggunaan kata ini…).
Ubit-ubit juga dipakai dalam seni musik, terbukti ada lagu yang dinyanyikan tahun 80-an oleh Koes Plus yaitu
“ubit-ubitan,,, oh..Senggol-sengolan….. “ (daga…)
Tapi bukan itu tujuan dari tulisan ini,
Banyak pria (baca suami) yang saya lihat sangat menjaga area komat-kamit dalam kehidupannya, bersikap cool dan sedikit bicara diambil menjadi mazhap komunikasinya, yang bertujuan untuk meningkatkan level wibawa ditengah komunitas dan keluarga. Sanking mengakarnya style ini, sehingga kosa kata yang didikeluarkan dalam satu hari kurang dari 8000. Sebagai perbandingan, rata-rata pria akan memperkatakan ~10000 per hari, wanita 15000 kata per hari dan ibu mertua 17000 kata per hari (hahahahhahaha).
Lagi-lagi bukan ini tujuan dari tulisan ini,
Yang penting dalam hal berkomunikasi adalah, pesan yang kita sampaikan 100% dimengerti oleh partner kita berbicara, bahkan dalam definisi yang lain, komunikasi yang berhasil adalah seluruh perkataan yang kita ucapkan dimengerti lawan bicara dan meresponinya. Saya tertarik dengan kata respon.
Contoh. Seseorang yang berdoa pribadi, kemungkinan besar akan komat-kamit bukan ? (alias mangubit-ubit). Ternyata komat-kamit adalah salah satu tool yang sangat efektif untuk kita gunakan untuk berhubungan dengan Tuhan, bahkan dengan mangubit-ubit kita pasti akan direspon oleh Tuhan. Kata respon bisa berarti « ya », « tunggu » atau « bukan itu yang terbaik bagimu ». Sebab kita tahu Tuhan pasti menjawab doa, walaupun dengan mangubit-ubit.
Matius 7 : 7
Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.
Yak 5:13
Kalau ada seorang di antara kamu yang menderita, baiklah ia berdoa! Kalau ada seorang yang bergembira baiklah ia menyanyi!
Yak 5:16
Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.
Dengan demikian, lebih baik menurut saya kita mengubit-ubit untuk berbincang dengan Tuhan dari pada kita bersikap sedikit bicara dan cool terhadap Dia.
Dibeberapa keluarga yang saya kenal, para suami sangat jarang untuk memimpin doa keluarga, bahkan kaum ibu mengambil alih fungsi imam yang seharusnya di tangan kaum pria. Pria dengan segala ke-cool-an nya tidak berusaha untuk meningkatkan ubit-ubitnya untuk tujuan yang baik demi menjaga gengsi wibawa. Seharusnya lebih baik mangubit-ubit (komat-kamit) untuk Tuhan dari pada berdiam diri dan tidak berdoa. Sebab doa orang benar bila dengan sungguh sungguh di doakan besar kuasanya.
Untuk itu, saya berpendapat, mari kita lebih banyak mangubit-ubit di kala senang, susah, kenyang dan lapar, untuk berkomunikasi dengan Tuhan. Bukan untuk membicarakan kejelekan orang lain, fitnah, dan gossip.
Suatu saat saya rindu untuk kata mangubit-ubit tidak berasosiasi dengan ayam (manuk) lagi, tapi setiap kita mengingat/mendengar kata mangubit-ubit, kita akan teringat akan doa..
Sudah berdoa hari ini ¿
Js
Balikpapan 21 Oct 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar