Di khalayak orang yang sering bersinggungan dengan dunia pernyanyian dan permusikan kata metronome diartikan sebagai alat untuk melatih tempo dan kecepatan bermain musik. Alat ini adalah alat yang berdetak dengan tempo teratur, kecepatannya dapat diatur sesuai dengan keinginan orang yang menyetel nya… .
Metronom jaman sekarang sudah ada dalam bentuk digital, mekanikal, atau cining takal, dijabu nami koor barisan nauli, asbak kacca do diantuki amang Dirigent lao mambaen metronome na…. Guru kesenian ku waktu SMP mengambil gagang sapu dan memukulkannya ke papan tulis (tanpa menyebut nama)..
Dalam setiap rangkaian melody yang akhirnya disebut lagu, ada beberapa aturan yang dibuat penciptanya bisa di ikuti atau bisa dilanggar oleh panyanyinya, salah satu nya adalah tempo, tempo dalam lagu lah sebenarnya yang perlu dilatih dengan metronome. Aturan yang baku terhadap tempo, di berbagai festival (paduan suara) menyebabkan seorang conductor harus menguasai betul ketukan dari metronome tanpa mendengarkannya lagi.. sebab ndang acci be didoltuki meja molo nunga pas di panggung…
Kembali ke masalah metronome tadi… sekali sudah di “on” kan, maka dia akan terus berbunyi dengan tempo konstan tak ada improvement, tak acci melempem, kecuali habis batere, mate lampu atau rusak ….
Oke sekarang mari kita bahas kehidupan yang kita jalani dan apa hubungannya dengan metronom… ..
Sebenarnya di dalam kehidupan kita, kita punya metronom sendiri, ketukan yang konstan yang kita harus ikuti dan kita jalani dengan setia.
Siapa yang men-stel, siapa yang men-set??? yang jelas Tuhan Debata.
Cuman dalam kehidupan, metronom nya bisa berubah tempo, kadang lambat (sedih), kadang cepat (semangat atau marah), kadang tak menentu (pande_lean).. Saya percaya Tuhan tidak pernah menginginkan dan menciptakan Metronom yang menjerumuskan kita baca :
Roma 8 : 28
Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
Dalam metronom yang cepat, kehidupan kita yang harus kejar target, pelayanan yang sangat padat, kita lupa untuk mengambil waktu yang berkualitas untuk bersekutu intim dengan Tuhan.
”Terlambat bangun, tidak sempat untuk saat teduh”
”Capek dan sudah larut, tidak usalah doa malam”
”Hari ini hasil penjualan kita menurun, kita harus bekerja di hari minggu”
”Hari minggu pagi tiba-tiba migren, ndak usalah ke ibadah”
”Aku harus mengerjakan proposal ini dan besok pagi harus selesai, tidak ada waktu untuk doa malam”
”Boss ku mengundang untuk makan malam dengan client, kita harus tunda nonton bareng dengan anak anak”
Kata kata seperti diatas tadi sering kita dengar (baca) dari kesaksian banyak orang, dan biasanya hal ini sudah menjadi hal yang lumrah bagi kita. Kita sepertinya sudah kehilangan prioritas
Tahukah kita, Yesus pun mengambil waktu khusus untuk bersekutu dengan Bapanya, ada banyak fakta di Alkitab yang berkata demikian, salah satunya adalah yang berikut
Luk 1 : 35
Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana.
Jadi secepat atau selambat apapun metronom kehidupan kita, kita tak pantas untuk bilang, ndak sempat nih bersaat teduh, salah lagu itu, atau ndang marmukmus penciptani lagu on.. atau malah bilang ”ganti lagu saja!!” terkadang kita diharuskan untuk menyanyikan metronom yang bukan kesukaan kita.... yang patut kita lakukan adalah (menurut saya dah..) :
1. Mengaminkan metromom kehidupan kita masing masing, karna semuanya mendatangkan kebaikan.
2. Mensyukurinya dengan sabar dan rendah hati, dan ambil waktu untuk menset lagi metronomnya dengan bersekutu intim dengan Tuhan.
3. Jangan memaksakan diri untuk ganti lagu, sebab belum tentu lagu yang baru membuat metronom kita lebih confort....
4. Kalaupun metronomku berdetak terlalu kencang, aku dengan sekuat tenaga akan bernyanyi dengan temponya....
Sekian...
Papa Angelo - Balikpapan
huh
BalasHapus