Halaman

Teman teman..

silahkan di baca, diulek dan di bumbui...



Jumat, 21 Oktober 2011

Mangubit ubit.

Banyak orang yang tidak suka dengan kata “mangubit-ubit” sebab sesunggunya dalam bahasa Indonesia bisa diartikan menjadi “komat-kamit”. Kalau di defenisikan maka mangubit-ubit adalah menggerakkan otot bibir atas dan bawah untuk melafalkan sesuatu yang kurang jelas didengar orang lain tapi si pelaku “ubit-ubit” akan berhasil mengekspresikan perasaannya sendiri. Mudah mudahan definisi saya ini tidak menyinggung ahli bahasa di Negara ini.. (hahahaha).
Datu atau dukun sering juga menggunakan modus ini dalam menjalankan prakteknya ‘mamulung ubat’ atau membaca mantra.
Di kampungku di Sidikalang, kata “mangubit-ubit” biasanya di asosiasikan dengan 2 kata lain yaitu “ihur ni manuk”, akan menjadi “mangubit-ubit songon ihurni manuk” (santabi bolon ma di hita sude…), atau komat kamit seperti pantat ayam…. (maaf dengan penggunaan kata ini…).
Ubit-ubit juga dipakai dalam seni musik, terbukti ada lagu yang dinyanyikan tahun 80-an oleh Koes Plus yaitu
“ubit-ubitan,,, oh..Senggol-sengolan….. “ (daga…)
Tapi bukan itu tujuan dari tulisan ini,
Banyak pria (baca suami) yang saya lihat sangat menjaga area komat-kamit dalam kehidupannya, bersikap cool dan sedikit bicara diambil menjadi mazhap komunikasinya, yang bertujuan untuk meningkatkan level wibawa ditengah komunitas dan keluarga. Sanking mengakarnya style ini, sehingga kosa kata yang didikeluarkan dalam satu hari kurang dari 8000. Sebagai perbandingan, rata-rata pria akan memperkatakan ~10000 per hari, wanita 15000 kata per hari dan ibu mertua 17000 kata per hari (hahahahhahaha).
Lagi-lagi bukan ini tujuan dari tulisan ini,
Yang penting dalam hal berkomunikasi adalah, pesan yang kita sampaikan 100% dimengerti oleh partner kita berbicara, bahkan dalam definisi yang lain, komunikasi yang berhasil adalah seluruh perkataan yang kita ucapkan dimengerti lawan bicara dan meresponinya. Saya tertarik dengan kata respon.
Contoh. Seseorang yang berdoa pribadi, kemungkinan besar akan komat-kamit bukan ? (alias mangubit-ubit). Ternyata komat-kamit adalah salah satu tool yang sangat efektif untuk kita gunakan untuk berhubungan dengan Tuhan, bahkan dengan mangubit-ubit kita pasti akan direspon oleh Tuhan. Kata respon bisa berarti « ya », « tunggu » atau « bukan itu yang terbaik bagimu ». Sebab kita tahu Tuhan pasti menjawab doa, walaupun dengan mangubit-ubit.
Matius 7 : 7
Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.
Yak 5:13
Kalau ada seorang di antara kamu yang menderita, baiklah ia berdoa! Kalau ada seorang yang bergembira baiklah ia menyanyi!

Yak 5:16
Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.

Dengan demikian, lebih baik menurut saya kita mengubit-ubit untuk berbincang dengan Tuhan dari pada kita bersikap sedikit bicara dan cool terhadap Dia.
Dibeberapa keluarga yang saya kenal, para suami sangat jarang untuk memimpin doa keluarga, bahkan kaum ibu mengambil alih fungsi imam yang seharusnya di tangan kaum pria. Pria dengan segala ke-cool-an nya tidak berusaha untuk meningkatkan ubit-ubitnya untuk tujuan yang baik demi menjaga gengsi wibawa. Seharusnya lebih baik mangubit-ubit (komat-kamit) untuk Tuhan dari pada berdiam diri dan tidak berdoa. Sebab doa orang benar bila dengan sungguh sungguh di doakan besar kuasanya.
Untuk itu, saya berpendapat, mari kita lebih banyak mangubit-ubit di kala senang, susah, kenyang dan lapar, untuk berkomunikasi dengan Tuhan. Bukan untuk membicarakan kejelekan orang lain, fitnah, dan gossip.
Suatu saat saya rindu untuk kata mangubit-ubit tidak berasosiasi dengan ayam (manuk) lagi, tapi setiap kita mengingat/mendengar kata mangubit-ubit, kita akan teringat akan doa..
Sudah berdoa hari ini ¿

Js
Balikpapan 21 Oct 2011

Kamis, 06 Oktober 2011

Atas Nama Ayam.



Ayam adalah sejenis unggas yang berkaki 2, kalau kakinya di rebus agak lama setelah kulit luarnya dibuang, maka akan menjadi santapan yang enak. Kadang menjadi dim-sum, kadang menjadi ceker goreng. Hampir seluruh bagian dari tubuh ayam dapat dimakan, kecuali bulu dan kuku nya,… eh paruhnya juga tahe..



Waktu kecil saya suka paha ayam, sekarang paling suka habong (sayap) dan cekernya…



Beberapa waktu lalu saya memikirkan betapa baiknya ayam-ayam ini berkorban untuk saya, kalau dihitung dari mulai kecil, mungkin sudah lebih 1000 ayam yang mendukung pertumbuhan, vitalitas dan stamina saya dengan mengorbankan dirinya sendiri…. Belum menghitung anak anak nya (baca telor) yang utuh yang sudah kita makan sampai sekarang….



Tetapi ternyata pengorbanan yang ayam berikan tidak terlalu berkesan pada manusia, mungkin karena kesombongan manusia yang telah di beri mandat oleh Tuhan untuk menjadi penguasa di bumi, laut dan udara. Dan menjadi ciptaan masterpiece..



Bukan hanya tidak menghargai, tetapi manusia sering juga menjadikan ayam menjadi objek dari ejekan :
· Kalau penakut dibilang lah kayak “ayam », chicken…
· Kalau sedikit binal, dibilanglah ayam kampus… banyak assosiasi yang lain
· Kalau sedikit kurang pintar, dibilanglah kayak manuk sioto…
· Silahkan tambahkan sendiri….



Mungkin di kalangan per-ayam-an, mereka sudah sakit hati dan akar pahit kepada manusia, mungkin mereka lagi merencanakan pemboman berantai untuk menghancurkan peradapan manusia, mungkin mereka merencanakan minum (mematuk) racun, agar manusia yang memakan mereka juga kena racun, mungkin banyak hal-hal negatif yang yang mereka rencanakan… saya curiga flu burung yang beberapa saat lalu di khawatirkan oleh dunia, merupakan konspirasi ayam dan unggas lain… (mudah mudahan saya tidak dituntuk mahkamah ayam atas tulisan ini… daga..)



Untuk itu saya menulis atas nama ayam,
Jangan mendeskreditkan ayam dan mengasosiasikan mereka dengan hal yang negatif, sebab sejujurnya pengorbanan mereka sangat signifikan.



Lalu apa tidakan kita ¿



Sesungguhnya perkataan dan pemikiran negatif yang kita sampaikan kepada ayam (atau sesama) dapat menimbulkan sakit hati dan kepahitan bagi orang tersebut. Perkataan kita bisa memberi kehidupan atau kematian. Meredupkan potensi bahkan membunuhnya, sehingga timbul niat untuk berbuat yang tidak baik, seperti yang saya imaginasikan di dunia per-ayam-an.
Setiap ucapan dan pemikiran (termasuk yang negative) harus dipertanggung jawabkan di hadapan Tuhan, mari baca
Matius 5 : 37
Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.



Amsal 18 : 21
Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya



Kita dikehendaki Tuhan untuk konsisten dalam berkata-kata, konsisten terhadap konsekwensi dosa dan kebenaran. Sehingga tidak ada istilah manis di bibir untuk menyenangkan telinga orang, sebab telinga Tuhanlah yang harus disenangkan. Tentu Tuhan memberi hikmat bagaimana caranya agar tidak menjadi sandungan.
Seringkali juga saya tidak bisa mengekang perkataan, lalu bagaimana caranya ¿



Mari baca Mazmur 141 : 3
Awasilah mulutku, ya TUHAN, berjagalah pada pintu bibirku.



Tiada cara lain selain menyerahkan pada TUHAN. Sangking dasyatnya konsekwensi dari perkataan, maka Tuhan pun mau turut campur untuk mengekangnya…

Untuk ayam saya berpesan untuk tetap sabar dan tekun dalam intimidasi dan penzoliman, sebab dirumah kami, kalian menjadi idola karna diperebutkan 2 anak kami pada saat makan.
Untuk kita, mari stop untuk menegatifkan ayam (atau sesama) sebab dampaknya buruk bagi keduabelah pihak, sebagai renungan mari hargai jasa jasa ayam dengan menjawab pertanyaan berikut :
1. Sudah berapa ayam yang kita santap selama kita hidup
2. Sudah berapa butir telur yang kita santap selama kita hidup
3. Apakah ayam pernah membuat kita sakit hati ¿



Terimakasih
Tuhan Memberkati
Js (Balikpapan – 05 October 2011)