Halaman

Teman teman..

silahkan di baca, diulek dan di bumbui...



Kamis, 25 November 2010

Terima berkat Allah…..

“berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya”…

Doa ini merupakan potongan dari Doa Bapa kami yang Yesus ajarkan kepada kita, sungguh suatu hal yang sederhana, Yesus meminta makanan secukupnya… cukup untuk diriNya pada hari itu. Seandainya Yesus meminta dalam takaran berat, misalnya,
- berikan lah kami 2 kg beras ditambah
- 3 butir telur, ditambah
- 3 potong paha ayam, ditambah
- sekilo kol, sedikit buncis ditambah
- sepapan pete..
- jangan lupa Tuhan, mintak juga minyak goreng dan lain lain untuk masak ya, kalau boleh tambah juga sedikit buah pisang atau jambu kelutuk untuk dimakan sesudah makan... eh inggrir-inggir juga untuk di cemil ya...
maka apa yang Yesus minta adalah sebatas yang Dia tahu Dia butuhkan.
Tapi Yesus meminta secukupnya.... arti dari secukupnya adalah (menurut saya):
”berikanlah BAPA apa yang menjadi kebutuhanku dan yang menurutMu sudah layak untuk Aku dapatkan” .
Prinsip meminta berkat ada di Matius 7 :7 sebab ketika kita meminta akan diberikan, mencari akan mendapatkan dan mengetuk akan dibukakan. Tapi ada hal yang diluar pengetahuan terbatas manusia mengenai kebutuhannya.
Minggu lalu dan minggu ini, berturut turut teman sel group kami mendapatkan berkat yang luar biasa, seorang mendapatkan mobil jaguar dan seorang lagi mendapatkan mobil bmw seri 320i, kedua-duanya dari hadiah undian di bank (yang berbeda). Semua kami sangat bersuka cita sebab sukacita mereka menjadi sukacita kami pula keluarga dalam pelayanan. Ada hal yang saya pahami, mereka Tuhan kasih berkat tersebut, sebab mereka sudah siap dan dipersiapkan Tuhan untuk menerimanya. Pertanyaannya adalah apakah kedua teman saya ini pernah meminta mobil-mobil ini pada Tuhan ?
Tuhan mempercayakan harta, tanggungjawab, posisi, pengaruh, istri/suami, keluarga dan hal hal lain, sebab Tuhan tahu kita sudah siap untuk mempergunakannya demi kemuliaan namaNya. Ada tiga jenis dari pemberian yang menurut kita ”berkat” :
1. Berkat yang Tuhan berikan karena Tuhan tahu kita sudah sanggup untuk menerimanya. Contoh Daud yang diurapi Tuhan menjadi Raja, dia sudah layak mendapatkannya karena dia melekat pada hadiratNya.
2. Berkat yang Tuhan berikan sebagai handicap agar kita mempunyai kapasaitas yang lebih besar. Contoh secara manusia sering kali kita kaget dengan berkat/promosi yang tiba-tiba dan kitapun berkata belum waktunya, tapi Tuhan ingin kita memiliki hati yang mau diajar agar ter-upgrade.
3. Berkat yang kita kira ”berkat...” padahal kutuk/cobaan yang membuat hidupnya menjadi sengsara. Contoh perumpamaan anak yang hilang, dia diberi ayahnya harta yang melimpah, tetapi akhirnya hidupnya menjadi sengsara, karena tidak menjaga sikap hatinya pada saat menerima berkat.
Sikap hati yang benar pada saat menerima berkat adalah bersyukur:
Mazmur 118 : 21 dan 28
Aku bersyukur kepada-Mu, sebab Engkau telah menjawab aku dan telah menjadi keselamatanku.
Allahku Engkau, aku hendak bersyukur kepada-Mu, Allahku, aku hendak meninggikan Engkau.
Dan masih banyak lagi ayat yang indah untuk mengucap syukur....
Sikap hati yang salah pada saat menerima berkat adalah sombong, tinggi hati dan pongah. Seakan berkat tersebut hanya karena usahanya. Dalam hal ini, bisa jadi berkat tersebut menjadi kutuk. Karena secara langsung dengan kesombongan yang melekat pada berkat, orang tersebut tidak takut akan Tuhan.
Amsal 8 : 13
Takut akan TUHAN ialah membenci kejahatan aku benci kepada kesombongan, kecongkakan, tingkah laku yang jahat, dan mulut penuh tipu muslihat.
Sudahkah kita mensyukuri seluruh berkat yang ”selayaknya” kita terima, kalau sudah.. kita tinggal berbagi... God Bless.
Selamat berkahir pekan, Tuhan memberkati
Js

Senin, 22 November 2010

Integritas.



Integritas bukan sekedar yang kelihatan dimata manusia, jadi beyond dari batas yang bisa ditangkap oleh indra penglihatan dengan bantuan cahaya, atau yang dapat di dengar karena bantuan media perambat.

Belajar untuk berintegritas, berbuat segalanya dengan baik, berbuat dan bekerja dengan tujuan yang mulia adalah definisi yang sering kita pahami di dalam dunia sekuler. Seringkali integritas dikaitkan dengan pekerjaan dan komitmen. Tapi apakah integritas diperlukan dalam berteman.

Kadang tujuan kita untuk menyenangkan teman menjadikan pertemanan itu sendiri terkoyak, pada level tertentu teman hanya sekedar tempat untuk barter DVD atau tukar tukaran bawang dapur. Pada level yang lain teman tempat untuk bercanda dan menghilangkan kejenuhan dari rutinitas. Ironi sekali sebab dalam level ini teman menjadi “teman” kalau kita membutuhkan sesuatu.

Saya lebih senang dengan level teman yang jarang berhubungan, jarang bertemu tetapi selalu di hati. Membawa senantiasa dalam doa, bahkan ketika terjadi gesekan ataupun masalah. Sebab seorang teman dalam level sahabat, tahu apa yang menjadi kebutuhan sahabatnya tanpa harus menumpahkan isi hatinya di ember chatting, mail, telp ataupun blog pribadi.


Prinsip berteman yang sekarang saya gumuli adalah bersahabat seperti kita bersahabat dengan Tuhan,

Kolose 3 : 23 Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.

Apapun yang kita perbuat dengan Teman/Sahabat entah itu berbagi, ngobrol, futsal bahkan bercanda, perbuatlah itu seperti ngobrol dengan Tuhan, main futsal dengan Tuhan bahkan bercanda dengan Tuhan.

Tidak ada batas waktu, tidak ada batasan yang lain seperti level toleransi dan level privasi. Ada kalanya kita mengalami benturan dengan teman/sahabat/Tuhan, tapi persahabatan melampaui apa yang menjadi sumber perselisihan.

Pada saat kita di sakiti, katakan :
“Apapun yang kamu lakukan, aku tidak akan menurunkan derajat persahabatan kita”

atau

“Saat ini aku sakit hati, tapi kutau ini adalah suatu tangga untuk menaikkan level persahabatan kita”

Terimakasih sudah menjadi sahabat buat kami sekeluarga…
js

Kamis, 11 November 2010

Tinggal Borsang...

borsang = (bahasa batak) berarti ampas (kopi), sisa sisa, tidak berguna..

”Ndang marna tudia”, ”marnalemba”, ”merket”, ”bulan kede” adalah sontoh ungkapan dalam bahasa batak yang sering saya dengar untuk menyatakan keengganan seseorang untuk melakukan sesuatu dengan alasan yang tidak jelas. Terminologi ini hampir sama dengan ungkapan ”belanda masih jauh” di bahasa Indonesia.

Pola seperti ini sudah dipraktekkan banyak orang sejak dulu hingga sekarang, saya pernah iseng mengadakan observasi berapa lama orang asia menyeberang jalan di zebra-cross dibandingkan dengan orang eropa. Dengan lebar jalan 8 m, orang Asia lebih lambat 1 – 2 detik dibandingkan dengan orang eropa. Mungkin karna faktor fisik, tapi bisa juga karna kebiasaan yang ”lambat asal selamat”.

Bahkan ada cerita yang merupakan kejadian nyata, seorang suami diminta istrinya untuk memperbaiki genteng yang bocor. Tetapi suaminya hanya bilang ”ya.. nanti” dan hal ini berulang ulang sampai beberapa minggu. Suatu ketika istrinya sudah tidak sabar lagi dan dia naik ke atap untuk memperbaiki genteng yang bocor tersebut. Tapi pada saat itu istrinya tergelincir dan jatuh, sehingga terbentur dan lumpuh. Penyesalan suami sudah terlambat, dampak besar dari hal menunda yang kecil....

Beberapa alasan kita untuk menunda bisa dibagi menjadi beberapa kategori, tetapi yang paling menonjol menurut saya adalah.

1. Tidak menganggap penting
Bukan merupakan hal yan penting membuat kita tidak mencurahkan perhatian sedikitpun akan resiko di baliknya.


2. Bukan prioritas
Kita menyadari hal ini penting, tetapi saat ini bukanlah merupakan yang terpenting sehing dampaknya lebih kecil di banding hal lain.


3. Takut menghadapi
Kadang kita tidak melakukan sesuatu karna kita merasa gentar untuk terlibat dan terjun di dalamnya, hal ini membuat kita enggan untuk bersinggungan dengan hal tersebut, apalagi menghadapinya.
Lalu apakah kebiasaaan menunda adalah hal yang baik ? Boleh menjawab dengan alasan yang berbeda dan pasti ada yang bilang itu ”kontekstual”.

Tapi mari lihat bagaimana sikap Allah dan bagaimana responnya terhadapa penundaan.

Ulangan 23:21
Apabila engkau bernazar kepada TUHAN, Allahmu, janganlah engkau menunda-nunda memenuhinya, sebab tentulah TUHAN, Allahmu, akan menuntutnya dari padamu, sehingga hal itu menjadi dosa bagimu.

Pengkhotbah 5:4
Kalau engkau bernazar kepada Allah, janganlah menunda-nunda menepatinya, karena Ia tidak senang kepada orang-orang bodoh. Tepatilah nazarmu.

Dalam hal bernazar maka, orang yang menunda nunda di kategorikan menjadi 2 (orang yang menunda nunda dan memiliki kedua-duanya) :



1. Akan berdosa.
Membaca ini saya sangat kaget, ternyata menunda (nazar) akan dicap sebai dosa. Padahal mungkin sangat sepele bagi kita. Pada saat kita menunda cicilan, menunda memberi selamat, menunda menguatkan teman yang sedang berduka bahkan menunda mengankat jemuran.... hehehehehe.

2. Akan disebut orang bodoh
Ini lebih mencengangkan lagi, orang yang menunda akan disebut orang bodoh dana Allah tidak senang dengan orang bodoh. Saat kita menunda untuk memaafkan orang, berrekonsiliasi dengan orang yang berselisih, bahkan kita menunda untuk membahagiakan orang lain, orang tua, istri/suami... akan disebut orang bodoh.

Apakah Allah suka menunda nunda... oh.. tentu tidak saudara saudara... baça di Yehezkiel 12 : 1 -28, (ayat 25 dan 28), dikatakan Tuhan tidak akan menunda FirmanNya dan bahkan hukumannya.

Hal menunda juga sering kita lakukan dalam hal melayani Tuhan, di saat fisik dan pikiran kita masih kuat, kita lupa atau membuat pelayanan di gereja menjadi hal yang nomor 2. Sering banyak orang berpikir, nanti setelah pensiun maka akan memiliki banyak waktu untuk melayani Tuhan. Sehingga secara tidak sadar pelayanan yang kita berikan merupakan “borsang” (ampas) dari yang terbaik yang kita miliki. Tenaga yang prima dan pikiran yang smart kita gunakan untuk hal yang lain, sedangkan tanggung jawab kerohanian kita serahkan kepada gembala dan full timer lainnya.

Bukankah persembahan yang kudus adalah hati kita yang taat dan mau di bentuk oleh Firman Tuhan, jadi jangan tunggu sampai borsang dulu baru ikut di pelayanan. Berikan yang terbaik dari yang kita miliki untuk Dia, bukan borsang yang sudah tak bermutu baik lagi...


Js
(dulu waktu kuliah, borsang kopi di seduh dan ditambah gula untuk bikin gelas kopi berikutnya).